SURAKARTA – Sebuah insiden nyaris mencelakai aktivitas pendidikan di SDN Petoran, Jebres, Surakarta, ketika plafon salah satu ruang kelas tiba-tiba ambrol pada Jumat (2/5). Meski tidak memakan korban karena kejadian berlangsung setelah jam pelajaran usai, kerusakan ini menjadi perhatian serius Komisi IV DPRD Kota Surakarta. Senin pagi (5/5), mereka turun langsung ke lokasi untuk melakukan inspeksi mendadak (sidak).
Sekitar pukul 08.30 WIB, rombongan yang dipimpin oleh Ketua Komisi IV, Sugeng Riyanto, menyambangi sekolah yang terletak di wilayah Jebres itu. Setibanya di sana, mereka disambut oleh pihak sekolah dan langsung diarahkan ke ruang kepala sekolah untuk mendapatkan informasi kronologis kejadian.
“Begitu mendengar laporan adanya plafon yang ambrol, kami merasa perlu untuk langsung meninjau. Dan memang benar, salah satu ruangannya mengalami kerusakan parah hampir separo lebih plafon ambrol,” jelas Sugeng. Ia menambahkan bahwa ruang tersebut biasa digunakan untuk kegiatan belajar siswa beragama Kristen, termasuk kegiatan keagamaan.
Menurutnya, fakta bahwa bangunan tersebut baru dibangun pada tahun 2021 alias baru berusia empat tahun, namun sudah mengalami kerusakan struktural, patut menjadi perhatian serius. “Ini tentu jadi bahan evaluasi terhadap kualitas pengerjaan maupun pengawasan proyek pembangunan ruang kelas,” katanya.
Sidak tersebut tak hanya menyoroti ruang kelas yang rusak. Komisi IV juga mendapati bahwa aula sekolah masih menggunakan bangunan lama yang dibangun sejak tahun 1985 dan belum pernah tersentuh renovasi. “Bangunan ini masih orisinil sejak awal berdiri. Artinya, sangat rentan jika dibiarkan terus. Harus ada tindakan pencegahan,” tegas Sugeng.
Ia menekankan pentingnya peran aktif kepala sekolah dan guru dalam melaporkan kerusakan fisik bangunan ke Dinas Pendidikan. Menurutnya, laporan yang cepat akan mempercepat pula tindakan perbaikan dan menghindari risiko lebih besar di kemudian hari.
Anggota Komisi IV lainnya, Sagita Puspita Wiranata, turut mendukung agar temuan di lapangan segera ditindaklanjuti. Ia menyebut bahwa perbaikan tidak hanya fokus pada plafon, melainkan juga aula, tembok depan sekolah yang retak dan miring serta sarana pendukung lainnya.
“Kami juga lihat dari sisi depan sekolah, ada bagian tembok yang sudah retak dan miring. Ini harus menjadi perhatian, jangan sampai justru membahayakan warga sekolah maupun lingkungan sekitar. Harus dicek struktur pondasinya. Adapun juga beberapa pintu masih berupa triplek, kursi dan meja banyak yang sudah aus, dan ini semua akan berpengaruh pada kenyamanan belajar siswa. Kami akan terus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk mengupayakan anggaran perbaikan, baik melalui APBD Perubahan atau mekanisme lainnya,” urainya.
Keduanya berharap, perbaikan dapat segera dilakukan agar seluruh siswa termasuk mereka yang beragama Nasrani dapat kembali beraktivitas belajar dan beribadah dengan aman dan nyaman.
Arifin Rochman