Dua Ekor Gajah Koleksi Solo Safari Mati dalam Dua Bulan Terakhir, DPRD Lakukan Sidak
SURAKARTA – Kabar duka datang dari Solo Safari, tempat wisata fauna yang terletak di Kota Surakarta. Tak hanya satu, ternyata dua ekor gajah yang menjadi koleksi Solo Safari dilaporkan mati dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Informasi ini terungkap dari hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta, Rabu (21/8/2024).
Sidak tersebut dipimpin langsung oleh Pimpinan sementara DPRD Kota Surakarta, Budi Prasetyo dan Sugeng Riyanto, didampingi Anggota DPRD, Y.F. Sukasno. Ketiganya berkeliling kawasan Solo Safari, bersama manajemen Solo Safari guna mendapatkan gambaran langsung tentang kondisi satwa dan fasilitas di sana.
Usai sidak, Budi Prasetyo menjelaskan bahwa kunjungan tersebut dilakukan setelah pihaknya menerima informasi dari masyarakat tentang kematian dua gajah tersebut. “Matinya memang tidak bersamaan. Pertama sekitar bulan Juli, dan yang kedua baru minggu lalu. Kita sendiri baru tahu setelah mendapat informasi dari masyarakat,” ujar Budi.
Lebih lanjut, Budi mengungkapkan bahwa pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan penyebab kematian gajah kedua. “Kalau kami lihat dari manajemen sudah baik. Dalam hal perawatan, selalu diawasi. Kemudian kematian juga mendadak, tadi infonya. Tidak ada sakit sebelumnya,” tambahnya.
Mengingat kematian tersebut terjadi direntan waktu yang berdekatan, Budi berharap sampel dari pemeriksaan bisa segera keluar sehingga bisa segera diketahui penyebabnya,. “Jadi koleksi disini ada 4, sekarang sisa 2. Kita berharap dengan sisa yang dua ini kan ada antisipasinya,” urainya.
“Apabila memang dari hasil pemeriksaan ada virus dan sebagainya, segera bisa dilakukan langkah antisipasi. Jangan sampai nanti sisa yang masih 2 ekor gajah ini mengalami hal serupa,” Imbuh Budi.
Saat disinggung apakah ada kelalaian dalam perawatan hewan dari pihak manajemen Solo Safari, Budi menjelaskan bahwa hal tersebut belum bisa disimpulkan sebelum hasil uji laboratorium keluar. “Kalau rekomendasi DPRD, tentu langkah tercepat adalah antisipasi terhadap dua gajah yang tersisa ini. Kemudian, kita bisa lihat pasca kejadian ini, untuk atraksi gajah masih berjalan, dan gajah yang tersisa juga sejauh ini sehat,” jelas Budi.
“Sehingga kami harap 4 fungsi utama Solo Safari sebagai Konservasi satwa, rekreasi, edukasi dan penelitian bisa terus berjalan ya. Semoga kejadian serupa tidak terulang,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Achmad Syukuri Priyanto menjelaskan bahwa dua koleksi gajah yang mati masing-masing bernama Inova dan Manohara. Keduanya sama-sama berjenis kelamin betina dan berusia 15 tahun.
“Tentunya untuk antisipasi sudah kita lakukan. Kita pindahkan ke kandang observasi untuk kedua gajah pasca kejadian minggu lalu. Kemudian untuk dokter hewan juga kita tambah, dari dua orang menjadi tiga orang,” tutur Achmad.
Menyoal kematian Gajah pertama, Achmad menuturkan penyebabnya karena gangguan pada organ pencernaan. Dia mengatakan banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. Salah satunya bisa karena pakan atau bawaan dari lahir. “Untuk kedua ini kita masih menunggu hasil Lab, kemungkinan sekitar 1 minggu hasilnya keluar,” ujar Achmad saat mendampingi Sidak.
“Kita berharap bukan penyakit menular ya, sehingga tidak mengancam satwa yang lainnya. Kemudian untuk satwa sendiri semua juga dalam kondisi sehat dan masih bisa dipertontonkan kepada pengunjung,” imbuhnya.
Terkait kematian satwa Solo Safari, Alexander Zulkarnain, Perwakilan Taman Safari Indonesia Grup, menekankan pentingnya kanal komunikasi yang baik antara semua pemangku kepentingan (stakeholders). “Kanal komunikasi ini bertujuan agar laporan insiden dapat segera diketahui, khususnya oleh Pemerintah Kota Surakarta, untuk mengurangi informasi bias yang beredar cepat di media,” ujar Alexander.
Ia juga menambahkan bahwa pihak pengelola Solo Safari sangat terbuka terhadap masukan. “Kami sebagai pengelola sangat terbuka dengan masukan. Pihaknya juga selalu rutin memonitor kelayakan kandang dan kesehatan satwa, serta kami selalu meminta keterangan dari dokter Solo Safari terkait kondisi kesehatan satwa,” tutupnya.
Arifin Rochman