SURAKARTA – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta menggelar jumpa pers terkait penyelenggaraan event Bahana Pusaka Nusantara #2 Kemarin, (25/9) di Ruang Transit DPRD Kota Surakarta. Acara yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan memperkenalkan warisan leluhur bangsa ini akan mengusung pagelaran wayang kulit dan pameran keris sebagai agenda utamanya.
Dalam jumpa pers tersebut, Wakil Ketua Sementara DPRD Kota Surakarta, Sugeng Riyanto, menyampaikan bahwa Bahana Pusaka Nusantara #2 yang akan diselenggarakan pada 28-29 September mendatang diharapkan dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk lebih mengenal dan mencintai warisan budaya Nusantara. “Wayang kulit dan keris bukan hanya simbol sejarah, tetapi juga warisan budaya yang perlu kita jaga dan lestarikan,” ujarnya.
Sugeng menambahkan bahwa tujuan utama diselenggarakannya pagelaran wayang kulit dan pameran keris ini adalah sebagai bentuk kepedulian DPRD terhadap pelestarian budaya. “Ini adalah bentuk DPRD peduli budaya, serta ikhtiar kami yang berorientasi pada pelestarian budaya,” jelasnya.
Lebih lanjut Ia mengungkapkan bahwa event pertama yang digelar pada 28 September adalah Pagelaran Wayang Kulit dengan dalang Ki Purbo Asmoro, yang akan membawakan lakon Wiratha Parwa. Wayangan ini terinspirasi dari semangat Umbul Dongo, yaitu sebuah tradisi berdoa saat awal masa pelantikan anggota DPRD, agar selama satu periode ke depan, tugas dan fungsi (tusi) dapat berjalan lancar dan bebas dari hambatan.
“Harapannya, seluruh kinerja teman-teman di DPRD bisa berjalan baik, dan kebijakan yang diambil selalu sesuai dengan kepentingan masyarakat Surakarta,” ungkap Sugeng saat jumpa pers dengan rekan media.
Dalam tradisi Umbul Dongo ini, terdapat juga kegiatan tirakatan dan melek semalam suntuk yang digambarkan dalam pagelaran wayang kulit, yang merupakan bentuk doa dan pengharapan untuk keselamatan serta kelancaran tugas seluruh anggota DPRD.
Sugeng juga menambahkan bahwa dari segi penganggaran, kegiatan Pagelaran Wayang Kulit diakomodir Sekretariat DPRD (Setwan), sebagai bagian dari komitmen DPRD dalam mendukung kegiatan budaya dan tradisi.
Event kedua yang akan berlangsung adalah Pameran Keris di Gedung Graha Paripurna DPRD. “Di meja meja biasanya buat rapat di atasnya kita kasih showcase, ada keris-keris pusaka atau kuno sejak era zaman Buddha era Singosari, Majapahit era Mataram dan Produksi Keris Buatan Mahasiswa ISI”, urai Sugeng.
Dalam rangkaian kegiatan akan ada Seminar Nasional yang akan mengupas secara mendalam tentang filosofi pamor dan dhapur keris. “Setiap pamor memiliki cerita dan harapan di baliknya, sementara setiap dhapur mengandung filosofi dan maknanya. Ini nanti akan kami perkenalkan kepada publik,” katanya.
“Per siang ini sudah ada sekitar 50 peserta yang mendaftar untuk mengikuti seminar yang akan dilangsungkan di Ruang Banggar,” tambahnya.
Selain seminar, acara juga akan dimeriahkan dengan Bursa dan Pameran Keris, Tombak, serta Pedang yang diikuti oleh sekitar 80 tenant dari Solo, Karanganyar, dan daerah sekitarnya. Para pengunjung dapat melihat berbagai koleksi pusaka bersejarah dari berbagai daerah, sekaligus terlibat dalam kegiatan lain seperti lomba mewarnai dengan objek keris sebagai bagian dari upaya memperkenalkan keris kepada generasi muda.
Dari segi penganggaran, Sugeng menyebutkan bahwa kegiatan Pameran Keris diampu oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), sementara lokasi pelaksanaannya berada di Gedung DPRD.
Disinggung soal kolektor keris yang akan berpartisipasi, Sugeng menjawab, “Rencananya akan ada sekitar 90 keris yang akan dipamerkan termasuk didalamnya ada 5 pusaka masterpiece kelas kanjeng kiai,” bebernya.
“Pertama, kami bersurat kepada anggota DPRD agar yang memiliki koleksi keris ikut serta dalam pameran ini. Kami juga mengajak paguyuban-paguyuban keris untuk berpartisipasi, serta membuka kesempatan bagi masyarakat umum untuk ikut memamerkan koleksi mereka,” ungkap Sugeng.
Selain itu, Untuk memastikan kualitas dan keaslian setiap keris yang dipamerkan, panitia akan melakukan kurasi terhadap keris-keris tersebut. Sugeng menjelaskan, “Setiap keris akan dideskripsikan secara rinci, mulai dari kapan dibuat, jenisnya apa, siapa pemiliknya, hingga ornamen yang menghiasinya. Kami juga melibatkan kurator yang berpengalaman untuk membantu proses ini.”
“Pembukaan akan ditandai dengan prosesi simbolisasi tempa sebagai penghormatan terhadap proses pembuatan keris. Bahan dan alat untuk prosesi ini sudah disiapkan, dan akan didampingi Empu Bandi, seorang empu yang ahli dalam perspektif pamor sebuah keris,” pungkasnya.
Arifin Rochman