Selasa , 19 Maret 2024

Selayang Pandang Kota Surakarta

KOTA SURAKARTA

logo surakarta - logo solo_5                                Motto : Mulat sarira angrasa wani  solo

                           Semboyan : “Berseri”

                               Slogan : “The Spirit of Java”

Visi :

Terwujudnya Kota Sala sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga

Misi :

  1. Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam semua bidang pembangunan, serta perekatan kehidupan bermasyarakat dengan komitmen cinta kota yang berlandaskan pada nilai-nilai “Sala Kota Budaya”
  2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam penguasahaan dan pendaya gunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, guna mewujudkan inovasi dan integrasi masyarakat madani yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.
  3. Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi Daerah, sebagai pemacu tumbuhan dan berkembangannya ekonomi rakyat yang berdaya saing tinggi, serta mendaya gunakan potensi pariwisata dan teknologi terapan yang akrab lingkungan,
  4. Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan Hak Asasi Manusia dan demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat, utamanya para penyelengara pemerintahan.

SURAKARTA ADALAH SOLO

SURAKARTA lebih dikenal dengan nama “SOLO” atau “Sala” adalah dusun yang dipilih oleh Sultan Pakubuwana II ketika akan mendirikan istana yang baru, setelah perang suksesi Mataram terjadi di Kartasura. Nama ini ternyata trend dipakai secara luas sampai sekarang bahkan memiliki konotasi cultural. Nama “Surakarta”, yang sekarang dipakai sebagai nama administrasi yang mulai dipakai ketika Kasunanan didirikan, sebagai kelamjutan monarki Kartasura.
Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih umum penggunaannya. Kata sura dalam bahasa Jawa berarti “keberanian” dan karta berarti “sempurna”/ “penuh”. Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Kata sala, nama desa yang dipakai untuk tempat istana baru dibangun.

SEJARAH

Eksistensi kota ini di mulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Secara resmi, keraton mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745. Akibat perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton: Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, menjadikan kota Solo sebagai kota dengan dua admistrasi.

Daerah Istimewa Surakarta
Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10 bulan, Solo berstatus sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta.

Karisidenan Surakarta
Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta kerusuhan penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka pada tanggal 16 Juni 1946 pemenntah Rl membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunegaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Solo ditetapkan menjadi tempat kedudukan dan residen yang membawahi Karisidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) dengan Itias daerah 5.677 km2. Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati (sekarang bernama Kabupaten Sragen), Kabupaten Wonogiri Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali. sedangkan tanggal 16 Juni sampai sekarang ini diperingati sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.

Kota Surakarta
Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta, secara resmi Kota Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.

GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI

Surakarta terletak di dataran rendah di ketinggian 105 m dpi dan di pusat kota 95 m dpi. dengan luas 44,1 km2 (0,14 % luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang serta dikelilingi oleh Gunung Merbabu dan Merapi (tinggi 3115m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 2806m) di bagian timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini subur karena dikelilingi oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa, serta dilewati oleh Kali Anyar, Kali Pepe. dan Kali Jenes.

Iklim dan Topografi
Menurut klasifikasi iklim Koppen. Surakarta memiliki iklim muson tropis Sama seperti kota-kota lain di Indonesia, musim hujan di Solo dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata curah hujan di Solo adalah 2.200 mm, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Desember, Januari, dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius. Suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat Celsius, sedangkan terendah 21,0 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat.

Batas Batas Administrasi
Kota Surakarta terletak di antara 110 45’ 15″ -110 45′ 35″ Bujur Timur dan 70′ 36″ -70’ 56″ Lintang Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Di masing-masmg batas kota terdapat gapura keraton yang didirikan sekitar tahun 1931 – 1932 pada masa pemerintahan Pakubuwono X di Kasunanan Surakarta
Pembagian adminitistratif Kota Surakarta dan kabupaten-kabupaten di sekelilingnya, Karanganyar, Sragen, Wonogiri Sukoharjo, Klaten. Boyolali, secara kolektif masih sering disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta, sekarang ini membentuk kerjasama antar daerah se-SOLO RAYA atau lebih dikenal dengan sebutan SUBOSUKA WONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri Sragen dan Klaten). Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan yang masing-masing dipimpin oleh seorang camat dan 51 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh seorang lurah. Kelima kecamatan di Surakarta adalah:
1. Kecamatan Pasar Kliwon (57110) : 9 kelurahan
2. Kecamatan Jebres (57120) : 11 kelurahan
3. Kecamatan Banjarsari (57130) : 13 kelurahan
4. Kecamatan Lawiyan (57140) : 11 kelurahan
5. Kecamatan Serengan (57150) : 7 kelurahan

Kota Satelit
Surakarta dan kota-kota satelitnya (Kartasura, Solo Baru, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang saling berintegrasi satu sama lain. Kawasan Solo Raya ini unik karena dengan luas kota Surakarta sendiri yang hanya 44 km persegi dan dikelilingi kota-kota penyangganya yang masing-masing luasnya kurang lebih setengah dari luas kota Surakarta dan berbatasan langsung membentuk satu kesatuan kawasan kota besar yang terpusat.

Solo Baru (Soba) merupakan kawasan yang dimekarkan dari kota Solo. Solo baru selain sebagai salah satu kota satelit dari Kota Surakarta juga merupakan kawasan pemukiman bagi para pekerja atau pelaku kegiatan ekonomi di kawasan Kota Surakarta. Di Solo Baru banyak terdapat perumahan sedang dan mewah, maka dari itu Solo Baru juga merupakan kawasan pemukiman elit. Meskipun termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukoharjo tetapi secara ekonomi dan politis Solo baru lebih dekat ke Kota Surakarta, karena letak wilayah kotanya yang langsung berbatasan dengan Kota Surakarta.

PEMERINTAHAN

Balaikota Surakarta
Balaikota Surakarta

Surakarta terletak di provinsi Jawa Tengah. Sebelum bergabung dengan Indonesia Surakarta diperintah oleh sultan. Semasa dikuasai oleh Belanda, Surakarta dikenal sebagai sebuah Corstenland atau kerajaan. Penguasa keraton Surakarta saat ini bergelar Pakubuwono XIII. Selain keraton Surakarta, terdapat pula pura Mangkunegaran yang diperintah oleh Mangkunegara IX. Kedua raja ini tidak memiliki kekuasaan politik di Surakarta.

Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintahan Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran.

Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.

DPRD

Anggota DPRD Kota Surakarta masa bakti Tahun 2014-2019 yang diperoleh dari hasil Pemilu Legislatif Tahun 2014 dengan komposisi: PDI Perjuangan 24 kursi, Partai Keadilan Sejahtera 5 kursi, Partai Amanat Nasional 4 Kursi, Partai Golkar 4 Kursi, Partai Demokrat 3 kursi,  Partai Gerinda 3 kursi, Partai Hanura 1 kursi dan Partai Persatuan Pembangunan 1 kursi.

Walikota

Pemilihan Umum Wali Kota Surakarta 2015 dilaksanakan pada 9 Desember 2015 untuk memilih Wali Kota Surakarta periode 2016-2021. Terdapat dua pasang kandidat yang bertarung pada Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) Kota Surakarta Tahun 2015, yaitu F.X Hadi Rudyatmo dan Dr. H. Achmad Purnomo, Apt., diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP); serta Drs. Anung Indro Susanto, MM., dan Ir. Muhammad Fajri yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Gerindra, dan Partai Demokrat. Pada Pilkada Serentak Kota Surakarta Tahun 2015, pasangan F.X. Hadi Rudyatmo dan Achmad Purnomo kembali memenangkan Pilkada dengan prosentasi perolehan suara 60,39% dari 281.364 jumlah suara yang disahkan oleh KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Kota Surakarta. F.X Hadi Rudyatmo dan Achmad Purnomo di lantik oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di lapangan Simpang Lima Semarang pada Rabu 17 Februari 2016.

Pasangan Walikota dan Wakil Walikota Kota Surakarta, F.X Hadi Rudyatmo dan Achmad Purnomo, diharapkan mampu melanjutkan visi dan misi pembangunan untuk mensejahterakan warga masyarakat melalui program 3WMP (Waras, Wasis, Wareg, Mapan dan Papan).

Julukan dan Semboyan
Surakarta memiliki semboyan “Berseri”, akronim dari “Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah”, sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java (Jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Selain itu Kota Solo juga memiliki beberapa julukan, antara lain Kota Batik, Kota Budaya, Kota Liwet Penduduk Solo disebut sebagai wong Solo, dan istilah putri Solo juga banyak digunakan untuk menyebut wanita yang memiliki karakteristik mirip wanita dari Solo.

KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2010 adalah 503.421 jiwa, terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, yang tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan dengan daerah seluas 44,1 km2. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Catatan dari tahun 1880 memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan penduduk dalam kurung 10 tahun terakhir berkisar 0,565 % per tahun.
Tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370 jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km2).  Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-I3 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia.

PENDIDIKAN

Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 68.153 siswa dan 869 sekolah di Surakarta, dengan perincian: 308 TK/RA, 292 SD/ML 97 SMP/MTs, 56 SMA/MA, 46 SMK, 54 PT, dan 16 sekolah lain. Di Solo terdapat Universitas Sebelas Maret (UNS) sebagai salah satu perguruan tinggi yang masuk katagori 50 universitas terbaik di Indonesia. Demikian pula terdapat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta . Selain itu terdapat 52 universitas swasta lainnya seperti Unisri, Universitas Tunas Pembangunan, Universitas Setia Budi, STIKES Muhammadiyah, Universitas Islam Batik, dll.

PEREKONOMIAN DAN PERDAGANGAN

Industri batik menjadi salah satu industri khas Solo. Sentra kerajinan batik dan perdagangan batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Solo berada di bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan Selain Pasar Klewer, Solo juga memiliki banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain menggunakan Seorang penjual cabai di pasar nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran (hari) dalam bahasa Jawa : Pasar Pon, Pasar Legi, sementara pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar barang antik yang menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu (setiap sabtu malam diubah menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata Alun – alun utara Keraton Solo.

KEBERAGAMAN

Grebeg Sudiro
Grebeg Sudiro (dok. timlo.net)

Bangunan ibadah bersejarah di Surakarta beragam, yang mencerminkan keberagamaan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Solo, mulai dari masjid sebesar dan paling sakral yang terletak di bagian barat kota Surakarta yaitu Masjid Agung Surakarta yang dibangun sekitar tahun 1727 atas prakarsa dari Paku Buwono X, Masjid Mangkunegaran, masjid tertua di Solo Masjid Laweyan, Gereja St. Petrus di Jl. Slamet Riyadi, Gereja St. Antonius Purbayan, hingga tempat Ibadah Tri Dharma Tien Kok Sie, Vihara Am Po Kian, dan Sahasra Adhi Pura.
Selain dihuni oleh suku Jawa, ada banyak pula penduduk beretnis Tionghoa, dan Arab yang tinggal di Surakarta. Walaupun tidak ada data pasti berupa jumlah masing-masing kepercayaan maupun etnis penduduk dalam sensus terakhir (2010), namun mereka banyak membaur di tengah-tengah warga Solo pada umumnya.
Perkampungan Arab menempati tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar Kliwon, Semanggi dan Kedung Lumbu di Kecamatan Pasar Kliwon Penempatan kampung Arab secara berkelompok tersebut sudah diatur sejak jaman dulu untuk mempermudah pengurusan bagi etnis asing di Surakarta dan demi terwujudnya ketertiban dan keamanan. Etnis Arab mulai datan di Pasar Kliwon diperkirakan sejak abad ke-19. Terbentuknya perkempungan di Pasar Kliwon, selain disebabkan oleh adanya politik pemukiman di masa kerajaan, juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah kolonial.

Sementara itu perkampungan Tionghoa banyk terfokus di wilauah Balong, Coyudan, dan Keprabon. Hal ini dapat dilihat dengan adanya bangunan-bangunan kelenteng dan tempat ibadah, seperti Kelenteng Tien Kok Sie.

LAYANAN PUBLIK

RSUD Solo (dok. timlo.net)
RSUD Solo (dok. timlo.net)

Solo saat ini telah memiliki RSUD Kota Surakarta yang telah beroperasi. Beberapa rumah sakit yang melayani publik dengan fasilitas UGD 24 jam anara lain: RS Dr. Oen (dulu RS. Pantikosala), RSUD Moewardi, RS PKU Muhammadiyah, RS Islam Surakarta (Yarsis), RS Kustati, RS Kasih Ibu, RS Panti Waluyo, RS Brayat Minulyo, dan RS Dr. Oen Solo Baru. RS Ortopedi Dr Soeharso adalah salah satu pusat ortopedi terkemuka di Indonesia yang pernah menjadi pusat rujukan tulang tingkat nasional.
Solo juga memiliki beberapa taman, anatara lain Taman Balekambang, Taman Tirtonadi, Taman Sekartaji, Taman Sriwedari, yang juga merangkap sebagai tempat hiburan, tempat pagelaran musik dangdut dan wayang orang, tepatnya di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Tempat ini menyajikan seni pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan cerita wayang berdasarkan pada cerita Ramayana dan Mahabarata. Pada kesempatan tertentu juga digelar wayang orang gabungan antara wayang orang sriwedari dengan wayang orang RRI Surakarta dan bahkan dengan seniman-seniman wayang orang Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya. Tempat hiburan umum lainnya adalah Kebun Binatang Jurug (Taman Satwa Taru Jurug), yaitu salah satu dari kebun binatang terbesar dan tertua di Indonesia.

Tempat pemakaman umum di Surakarta antara lain adalah TPU Purwoloyo, TPU Utoroloyo, TMP Kusuma Bakti, TPU Pucang Sawit, dan Pemakaman Tionghoa yang terletak di kecamatan Jebres, TPU Bonoloyo, Astama Utara Nayu, dan Astana Bibis Luhur yang terletak di kecamatan Banjarsari, TPU Pracimoloyo maupun TP Daksinoloyo di perbatasan Kabupaten Sukoharjo.

OLAHRAGA

Solo memiliki Stadion Manahan, sebuah stadion tipe Stadion Madya Olimpiade kategori B+ dan salah satu stadion terbaik di Jawa Tengah yang pernah beberapa kali menjadi tempat penyelenggaraan even olahraga tingkat nasional dan internasional. Stadion ini memiliki kapasitas 25.000 penonton, selain itu ada beberapa gelangang olah raga di kota Solo antara lain Stadion Sriwedari untuk olahraga sepak bolola dan GOR Bhineka, yang kini berganti nama menjadi Stadion Sritex.

TRANSPORTASI

Angkutan darat
Taksi adalah salah satu moda transportasi yang sering dijumpai. Dari bandara, turis dapat memesan tiket dengan menyebutkan tujuannya dan membayar ongkos taksi di muka. Jasa trransportasi tradisional yang terkenal lainnya adalah becak, yang dikayuh dengan tenaga manusia. Angkutan umum dalam kota yang lain mencakup bus kota, angkot dan andong.

Bus
Terminal bus besar kota ini bernama terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam karena merupakan jalur antara yang menghubungkan angkutan bus dari Jawa Timur (terutama Surabaya dan Banyuwangi dan Jawa Barat (Bandung). Pada tahun 2010 diluncurkan angkutan umum massal bus Batik Solo Trans dengan satu rute.

Kereta Api
Stasiun kereta api utama bernama Stasiun Solo Balapan yang merupakan salah satu stasiun besar tertua di Indonesia (dibangun 1873) yang menghubungkan Yogyakarta (barat), Semarang (utara), dan Surabaya (timur), dan terletak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu hal yang jarang dijumpai di Indonesia.

Di Kota Surakarta juga terdapat tiga stasiun kereta api lain. Stasiun Solo Jebres dipakai sebagai stasiun perhentian untuk kereta-kereta api kelas ekonomi atau kereta api relasi Semarang-Madiun.

Stasiun Solo-Kota (Sangkrah) merupakan stasiun perhentian untuk jalur KA Purwosari-Wonogiri. Stasiun Purwosari di tepi barat kota merupakan stasiun cabang menuju Wonogiri (selatan). Dulu Purwosari juga merupakan stasiun pemberhentian untuk jurusan Boyolali (barat). Kereta api ekspres yang melalui Solo antara lain: Argo Lawu, Argo Dwipangga, Bima dan Gajayana (dari/ke Jakarta, dengan AC), Argo Wilis dan Lodaya (dari/ke Bandung), Argo Wilis dan Sancaka (dari/ke Surabaya). Kereta bisnis malam Senja Utama Solo juga melayani transportasi dari/ke Jakarta.

Selain itu transportasi Solo juga memiliki keunikan tersendiri karena merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki rel kereta api yang paralel dengan jalan raya, tepatnya di sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi. Di jalur ini terdapat rel Kereta api Feeder Wonogiri yang saat ini dialih fungsikan sebagai kereta api wisata Sepur Kluthuk Jaladara yang bertenti di Loji Gandrung (kantor wali kota Solo) dan Kampung Batik Kauman

Pesawat Terbang
Bandar udara internasional Adisumarmo (kode SOC, dulu bernama “Panasan”, terletak 14 kilometer di sebelah utara kota Solo. Secara administratif banda udara ini terletak di luar batas kota Solo, tepatnya di perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Bandara Adisumarmo juga menjadi pusat pemberangkatan dan penerimaan haji dari Asrama Haji Donohudan.

PARIWISATA

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Dok.Timlo.net)
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Dok.Timlo.net)

Solo juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-kota besar. Biasanya wisatawan yang berlibur ke Yogyakarta dan candi Borobudur/Prambanan juga akan singgah di Solo. atau sebaliknya. Tujuan wisata utama kota Solo adalah Keraton Surakarta, Mangkunegaran. dan pasar-pasar tradisionalnya. Di Solo terdapat beberapa citywalk yang ditujukan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda antara lain di koridor Ngarsopuro, di sepanjang jalan Slamet Riyadi sepanjang 6-7 km dan selebar 3 m, dan di sepanjang jalan jalan Perintis Kemerdekaan. Tempat-tempat yang ditunjuk sebagai citywalk tidak boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.

Wisata Alam
Wisata-wisata alam di sekitar Solo antara lain Tawangmangu (berada di timur kota Solo, di Karanganyar), kawasan wisata Selo (berada di barat kota Solo, di Boyolali), agrowisata kebun teh Kemuning, Air Terjun Jumog, Air Terjun Parang Ijo, Air terjun Segoro Gunung, Grojogan Sewu, dan lain-lain. Selain itu di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di lereng Gunung Lawu, terdapat beberapa candi peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha, seperti Candi Sukuh. Candi Cetho, Candi Monyet, dll. Selain itu tidak jauh dari Solo juga dapat ditemui Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Kalasan, dan di Yogyakarta terdapat Candi Sambisari, Candi Kalasan, dan Candi Sari

Festival dan Perayaan
Setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu Keraton Surakarta mengadakan berbagai macam perayaan yang menarik. Perayaan tersebut pelaksanaannya berdasarkan penanggalan Jawa. Perayaan tersebut antara lain:

Kirab Pusaka 1 Suro
Acara ini diselenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran pada malam hari menjelang tanggal 1 Suro. Acara ini ditujukan untuk merayakan tahun baru Jawa 1 Suro. Rute yang ditempuh kurang lebih sejauh 3 km yaitu Keraton – Alun-alun Utara – Gladak – Jl Mayor Kusmanto – Jl. Kapten Mulyadi – JL Veteran – JL Yos Sudarso – Jl. Slamet Riyadi – Gladak kemudian kembali ke Keraton lagi. Pusaka-pusaka yang memiliki daya magis dibawa oleh para abdi dalem yang berbusana Jawi Jangkep. Kirab yang berada di depan adalah sekelompok Kebo Bule bernama Kyai Slamet sedangkan barisan para pembawa pusaka berada di belakangnya.

Sekaten
Sekaten diadakan setiap bulan Muiud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad S A W. Pada tanggal 12 Mulud diselenggarakan Grebeg Mulud. Kemudian diadakan pesta rakyat selama dua minggu. Selama dua minggu pesta diadakan di Alun-alun utara. Pesta rakyat menyajikan pasar malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni dan akrobat. Pada hari terakhir Sekaten, diadakan kembali acara grebeg di Alun-alun Utara. Upacara Sekaten diadakan pertama kali pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.

Grebeg Sudiro
Grebeg Sudiro diadakan untuk memperingati Tahun Baru Imlek dengan perpaduan budaya Tionghoa-Jawa. Festival yang dimulai sejak 2007 ini biasa dipusatkan di daerah Pasar Gedhe dan Balong (di kelruahan Sudiroprajan) dan Balai Kota Solo.

Grebeg Mulud
Diadakan setiap tanggal 12 Mulud untuk memperingati hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Grebeg Mulud merupakan bagian dari perayaan Sekaten. Dalam upacara ini para abdi dalem dengan berbusana “Jawi Jangkep Sowan Keraton” mengarak Gunungan (Pareden) dari Keraton Surakarta ke Masjid Agung Surakarta. Gunungan terbuat dari berbagai macam sayuran dan penganan tradisional.

Setelah didoakan oleh Ngulamadalem (Ulama Keraton), satu buah Gunungan kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat pengunjung dan satu buah lagi dibawa kembali ke Keraton untuk dibagikan kepada abdi dalem.

Tingalan Dalem Jumenengan
Diadakan setiap tanggal 2 Ruwah untuk memperingati hari ulang tahun penobatan raja. Dalam acara ini sang raja duduk diatas dampar di Pendopo Agung Sasanasewaka dengan dihadapan oleh para abdi dalem keraton sambil menyaksikan tari sakral “Tari Bedoyo Ketawang” yang ditarikan oleh 9 remaja putri yang belum menikah. Para penari terdiri dari para wayahdalem, santana dalem atau kerabat dalem lainnya atau dapat juga penari umum yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang tidak dicantumkan.

Grebeg Pasa
Grebeg ini dadakan untuk merayakan hari Raya Idul Fitri 1 Syawal. Acara ini berlangsung setelah melakukan salat Ied. Prosesi acaranya sama dengan Grebeg Mulud yaitu para abdi dalem mengarak Gunungan dari Keraton ke Mesjid Agung untuk didoakan oleh ulama keraton kemudian dibagikan kepada masyarakat pengunjung.

Syawalan
Syawalan mulai diadakan satu hari setelah hari Raya Idul Fitri dan berlangsung Taman Satwa Taru Jurug di tepi Bengawan Solo. Pada puncak acara yaitu “Larung Getek Jaka Tingkir” diadakan pembagian ketupat pada masyarakat pengunjung. Pada acara syawalan juga diadakan berbagai macam pertunjukan kesenian tradisional.

Grebeg Besar
Berlangsung pada hari Idul Adha (tanggal 10 besar). Upacara sama dengan prosesi Gunungan pada Grebeg Pasa dan Grebeg Mulud.

Solo Batik Carnival
Karnaval Batik Solo atau Solo Batik Carnival adalah sebuah even tahunan yang diadakan oleh pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan batik sebagai bahan utama pembuatan kostum. Para peserta karnaval akan membuat kostum karnaval dengan tema-tema yang di tentukan. Para peserta akan mengenakan kostumnya sendiri dan berjalan di atas catwalk yang berada di jalan jalan Slamet Riyadi, Karnaval ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni sejak tahun 2008.

Solo Batik Fashion
Demikian pula Solo Batik Fasion adalah sebuah peragaan busana batik tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah di tempat-tempat terbuka supaya dapat dinikmati oleh segenap warga Solo. Peragaan batik ini diadakan setiap tahun pada bulan Juli sejak tahun 2009.

Wisata Kuliner
Solo terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Berbagai makanan khas Surakarta antara lain: nasi liwet, nasi timlo (racikan soun, jamur kuping, wortel, kacang kapri, kembang gayam / sosis jawa dan terakhir disiram kuah timlo), nasi gudeg (lebih manis daripada gudeg Yogyakarta), nasi gudeg cakar (gudeg dengan cakar ayam), pecel ndesa (bayam, kacang panjang, tauge dan kenikir yang direbus dan ditambah sambel pecel yang terbuat dari wijen dan disantap dengan nasi merah), cabuk rambak (ketupat yang diiris tipis-tipis dan diberi bumbu di atas setiap potongan ketupatnya kemudian ditambah karak sebagai pelengkap), bistik Solo (bisnis namun dengan kuah serupa dengan kuah semur, dan mengandung musard jawa yang diolah sendiri), selat Solo, bakso Solo, serabi Solo, intip, tengkleng, bakpia Balong, roti mandarin toko kue Orion, sate buntel (sate daging kambing yang dagingnya dicincang dan dibuat satu adonan besar lalu dimasak), sate kere (bahannya bukan berasal dari daging namun dari tempe gembus, yaitu ampas tahu yang direbus).

Beberpa minuman khas Surakarta antara lain: wedang asle yaitu minuman hangat dengan nasi ketan, wedang dawet gempol pleret (gempol terbuat dari sejenis tepung beras, sedangkan pleret terbuat dari ketan dan gula merah), jamu beras kencur, yaitu jamu kesehatan yang berbeda dari jamu yang lain karena rasanya yang manis, dll. Sementara itu koridor Gladag setiap malam diubah menjadi pusat jajanan terbesar di Kota Solo dengan nama Galabo (Gladag Langen Bogan).

Arsitektur dan Peninggalan Sejarah
Karena sejarahnya, terdapat banyak bangunan bersejarah di Surakarta, mulai dari bangunan ibadah, bangunan umum, keraton, hingga bangunan militer. Selain Keraton Surakarta (dibangun 1675) dan Pura Mangkunagaran (dibangun 1757), terdapat pula Benteng Vastenburg peninggalan Belanda, dan Loji Gandrung yang saat ini digunakan sebagai kediaman Walikota Surakarta. Sebelumnya bangunan peninggalan kolonial yang sampai saat ini masih utuh kondisinya ini selain digunakan sebagai tempat kediaman pejabat pemerintah Belanda, juga sering digunakan untuk dansa-dansi gaya Eropa dan bangsawan Jawa, sehingga disebut sebagai “Gandrung”.

Pada tahun 1977 telah didata 70 peninggalan sejarah di Solo yang meliputi tempat bersejarah, nama tradisional, bangunan kolonial, tempat ibadah, pintu gerbang monumen, furnitur jalan, dan taman kota.

Landscape kota Solo juga dikenal karena tidak memiliki bangunan pencakar langit, karena ada konsesus dari keraton bahwa bangunan gedung tidak boleh melebihi bangunan Songgobuwono yang terletak di area Keraton Surakarta. Namun sejak 2010, di Solo terdapat sebuah apartemen pencakar langit, yaitu Solo Paragon.

Museum dan Perpustakaan
Museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu House of Danar Hadi, dan museum tertua di Indonesia, yaitu Museum Radya Pustaka, terletak di jalan protokol Slamet Riyadi, Surakarta. Museum Radya Pustaka yang dibangun pada tanggal 28 Oktober 1890 oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, Pepatih Dalem pada masa pemerintahan Paku Buwono IX dan Paku Buwono X, memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat di kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari.

Selain itu ada pula Museum Keraton Surakarta (Museum Sasana Pustaka), Museum Pura Mangkunegaran (Museum Rekso Pustaka), Museum Pers, Museum Sangiran, dan Museum Lukis Dullah.

Selain museum, terdapat pula sebuah situs budaya bernama Balai Sudjatmoko. Bangunan ini adalah rumah Sudjatmoko yang di dalamnya masih bisa dilihat karya-karya dan peninggalan Sudjatmoko baik dalam bentuk buku, kaca mata, toga dan foto-foto asli dokumenter koleksi pribadi keluarga Sudjatmoko. Balai Sudjatmoko difungsikan oleh pengelolanya sebagai pusat apresiasi baik pementasan, pertunjukan, pameran, bedah buku dan sarasehan. Para seniman juga diberi kesempatan luas untuk memanfaatkan Balai Sudjatmoko untuk melakukan apresiasi seni dalam bentuk pameran baik pameran lukisan, patung kriya sampai dengan pameran pendidikan. Disamping itu, Balai ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif wahana pembelajaran bagi orang non seni.

Budaya
Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa Surakarta dialek Mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa Tengahan juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Magelang timur, Semarang, Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun demikian varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai “varian halus” karena penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname).

Walaupun dalam kesehariannya masyrakat Solo menggunakan bahasa nasional bahasa Indonesia, namun sejak kepemimpinan wali kota Joko Widodo maka bahasa Jawa mulai digalakkan kembali penggunaannya di tempat-tempat umum, termasuk pada plang nama-nama jalan dan nama-nama instansi pemerintahan dan bisnis swasta.

Pernikahan Adat
Pernikahan adat Surakarta juga memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari lamaran, persiapan pernikahan, hingga upacara siraman dan midodaren.

Tarian
Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang, Dorodasih, Sukoharjo, dll) dan Srimpi *Gandakusuma dan Sangupati). Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian seperti Bedhaya Ketawang secara resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun untuk menghormati Sri Susuhunan Pakoe Boewono sebagai pemimpin Kota Surakarta.

Batik
Batik adalah kain dengan corak atau motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam khusus (wax) yang dituliskan atau di cap pada kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang dibuat dengan proses cetak. Solo memiliki banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh. Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris, Batik Danarhadi dan Batik Semar.

Sementara untuk kalangan menengah dapat mengunjungi pusat perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), Benteng Trade Center (BTC), atau Ria Batik. Selain itu di kecamatan Laweyan juga terdapat Kampung batik Laweyan, yaitu kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546. Kampung batik lainnya yang terkenal untuk para turis adalah Kampung Batik Kauman. Produk-produk batik Kampung Kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon. Keunikan yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik. Artiny, pengunjung memiliki kesempatan luas untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan batik bahkan untuk mencoba sendiri mempraktkan kegiatan membatik.

Batik Solo memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan (sogan) yang mengisi ruang bebas warna, berbeda dari gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap, mengikuti kecendurangan batik pedalaman. Jenis bahan batik bermacam-macam, mulai dari sutru hingga katun, dan cara pengerjaannya pun beraneka macam, mulai dari batik tulis hingga batik cap.

Surakarta dalam Budaya Populer
Sungai Bengawan Solo menjadi inspirasi dari lagu yang diciptakan oleh Gesang pada tahun 1940-an. Lagu ini menjadi populer di negara-negara di Asia. Selain itu, sungai dini pun telah menjadi judul tiga film, yaitu dua film berjudul “Bengawan Solo” tahun 1949 dan 1971, serta satu film berjudul Di Tepi Bengawan Solo (1951). Film-film lain yang mengambil tema Solo antara lain adalah: Putri Solo (1953) dan Bermalam di Solo (1962).